pemenang dollar

Senin, 17 Agustus 2009

Perlukah sex pada malam hari

Sebenarnya, sex dimalam pertama wajib atau tidak? Mungkin hal tersebut sempat terlintas dikepala setiap calon pengantin. Sebab pada kenyataannya banyak pasangan pengantin justru tanpa sengaja

melewatkan hal tersebut karena berbagai alasan seperti terlalu lelah karena ‘dipajang’ seharian di pelaminan, banyaknya keluarga jauh yang menginap sehingga harus berbagi kamar, atau merasa tidak enak pada keluarga (terutama mereka yang masih berada di ‘pondok mertua indah’).

Untuk itu kami menyuguhkan ‘the truth about wedding-night sex’ agar anda dapat mempertimbangkan perlu tidaknya ‘berhubungan’ pada malam pertama, dengan mengutip beberapa cerita yang berkaitan tentang baik buruknya atau apakah hal tersebut hanya untuk fun saja?

Tetap pada rencana awal
Beberapa minggu sebelum pesta pernikahan, Cindy dan Rudy berdiskusi tentang fakta bahwa mereka berdua berkeinginan untuk biasa-biasa saja di malam pertama. Usai pesta, mereka pergi ‘mengasingkan’ diri di hotel yang berlainan dari hotel yang telah disewa dan dipenuhi oleh teman dan keluarga.
Di menit-menit pertama, hal yang mereka rasakan adalah rasa lapar, sebab baik Cindy maupun Rudy ternyata belum makan selama pesta berlangsung. Akhirnya mereka memesan Shrimp Cocktail, French fries, es krim hingga champagne sambil tertawa dan berbincang-bincang selama berjam-jam sampai mereka mabuk dan kehabisan tenaga. Namun mereka telah setuju akan hal ini dan tidak mempersoalkannya sama sekali. Sampai pada akhirnya mereka sama-sama tanpa busana dan melakukannya bagai hubungan tercepat didunia, sambil tertawa cekikikan. Semuanya berlalu dengan cepat tetapi ternyata mereka berdua puas sebab kebersamaan telah tercipta diantara mereka berdua dan ‘mencetak’ kenangan unik dibenak masing-masing.

Serangan stress yang tiba-tiba
Diantara teman-teman, kamilah yang pertama-tama menikah dan tidak satupun di antara kami yang memiliki pengalaman pernikahan. Jadi istilahnya si buta menuntun si buta. Semakin mendekati hari H rasa stres makin menyerang kami, tak terkecuali pada hari H-nya. Dalam perjalanan dan resepsi menuju hotel, rasa capai yang tak terhingga meliputi kami berdua.
Seharusnya seusai pesta, kami merencanakan untuk berbincang-bincang tentang segala sesuatu mulai dan yang sepele hingga masalah-masaIah serius. Namun pada kenyataannya kami berdua diam seribu bahasa karena kelelahan. Sesampainya di hotel, saya baru menyadari tas tangan saya hilang entah ke mana, sehingga saya menangis sejadi-jadinya sambil menelephone ibu. Akhimya kami berdua baru tertidur setelah tengah malam ditengah-tengah tumpukan perlengkapan honeymoon dan terbangun jam 4 pagi untuk naik pesawat dengan jadwal penerbangan pertama. Kini, saat kami membuka album-album foto pernikahan, kami menertawakan kejadian itu sambil tak habis berpikir mengapa kami begitu bodoh hingga malam pertama itu terlewat begitu saja.

Gara-gara bagasi
Kami meninggalkan resepsi menuju hotel tempat kami merencanakan party bersama teman-teman dekat dengan menggunakan mobil ayah saya. Setibanya disana tiba-tiba bagasi mobil yang berisi semua perlengkapan honey moon tidak bisa dibuka. Kami berusaha mencari sesuatu untuk membukanya, namun ternyata didalam mobil tidak tersedia linggis ataupun alat pencongkel lainnya. Kami menelephone orang tua saya, dan mereka mengatakan bahwa kunci bagasi mobil telah hilang beberapa tahun yang lalu. Akhir suami saya kembali kerumah dan berdua dengan ayah berusaha membuka bagasi semalam suntuk, sebab hari itu adalah hari sabtu dan tidak ada satupun toko kunci yang buka.
Setelah beberapa saat menunggu di hotel, saya pun memutuskan untuk kembali ke rumah dan tertidur dikamar kakak. Saya terbangun dengan kontak lens yang masih terpasang, saat ayah mengetuk pintu kamar sambil mengatakan bahwa bagasi mobil tidak berhasil dibuka. Sehingga bila kami tetap memutuskan pergi honeymoon kami harus membawa apa saja yang ada dirumah, dan akhirnya saya terpaksa memakai jeans kakak yang ketat dan sepatu boot ibu yang kekecilan. Selama berminggu-minggu kemudian kami berusaha memperbaiki kejadian malam itu.

10 bumbu malam pertama

  1. Pertahankan yang klasik

Candle light dinner, karangan bunga, dan musik romantis terbukti dapat membangkitkan mood.

  1. Kejutan

Mintalah pada hotel untuk mengantar champagne dengan es dan meredupkan lampu kamar sesaat sebelum anda kembali ke kamar.

  1. Kejutan hadiah

Siapkan hadiah kejutan untuknya, tentang sesuatu yang ia inginkan selama ini. Memberikan hadiah tidak hanya ketika sedang ulang tahun saja, kok.

  1. Sempurnakan fantasi anda.

Sedikit ‘Iiar’. Bila anda menginginkan suasana 1001 malam, sediakan berbagai bantal sutra diatas tempat tidur dan tebarkan aroma terapi yang sensual disudut-sudut kamar.

  1. Get Wet

Rasakan sensasi berendam air panas di bath-tub atau bershower bersama-sama. Anda berdua dapat saling bersentuhan dan mengenal pasangan dalam suasana berbeda.

  1. Ekspresikan dirimu

Tulis kata-kata indah; dengan catatan tidak gombal,surat, puisi atau lagu. Tidak usah harus seperti Shakespeare, tetapi sesuatu yang benar-benar berasal dari dalam hati.

  1. Buat agar tak terlupakan

Rekamlah lagu-lagu kenangan anda berdua mulai dari pertama bertemu hingga anda menikah, putarlah untuk membangkitkan kenangan manis yang pernah hadir.

  1. Turuti keinginannya

Tawarkan pijatan romantis yang sensual, dan kejutkan si dia dengan tarian striptease yang menggairahkan.

  1. Rencanakan suatu eksperimen

Pastikan anda berdua telah mempelajani Kama Sutra beberapa minggu sebelum hari H dan pilihlah posisi yang dapat membuat anda berdua intim, namun ingat, jangan memilih posisi yang susah hanya karena menarik, sebab hal tersebut malah dapat membuat mood anda turun.

  1. Royal

Sewalah kamar berukuran lux, pesan room service, dan pakailah lingerie yang soft. Malam pertama hanya terjadi sekali seumur hidup, mengapa tidak mencoba untuk membuatnya spesial?


Sumber : Majalah Bridal

0 komentar:

Posting Komentar